Gambar Sampul Bahasa Indonesia · Bab 5 Kesehatan
Bahasa Indonesia · Bab 5 Kesehatan
Asep Yudha Sudarmawarti

24/08/2021 15:43:20

SMP 7 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Pelajaran 5

Kesehatan

Bagaimana perkembangan prestasi kemampuan kalian dalam

berbahasa dan bersastra Indonesia hingga pada Pelajaran 4?

Teruslah berupaya untuk mengolah kemampuan yang kalian miliki

dengan memperdalam materi pelajaran yang telah kalian dapatkan.

Pada Pelajaran 5 ini, kita akan mengulas kembali mengenai

mendengarkan dan memahami isi berita yang dibacakan untuk mem-

pertajam kemampuan menyimak kalian. Pembelajaran kemampuan

dan keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, disajikan

secara berurutan untuk menambah pengalaman belajar kalian

mengenai bercerita dengan alat peraga, mengomentari buku cerita

yang dibaca, serta menulis kembali dongeng yang pernah dibaca.

Renungkanlah sejenak mengenai materi-materi yang akan kita

pelajari bersama pada Pelajaran 5 ini. Persiapkan sesuatunya

dengan baik.

Sumber

: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar,

2005

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

96

Peta Konsep

Kesehatan

Mendengarkan

Berbicara

Bercerita dengan

alat peraga

Membaca

Mengomentari

buku cerita

Menulis

Menulis cerita

dongeng

Menulis kembali

berita

Pelajaran 5 Kesehatan

97

A. Menuliskan Kembali Berita yang Dibacakan

Pembelajaran mengenai materi menuliskan kembali berita

yang dibacakan ke dalam beberapa kalimat pernah kalian pelajari

pada pembelajaran di muka. Hal yang perlu kalian ingat untuk

dapat memahami isi pembacaan berita yaitu diperlukan konsentrasi

yang sungguh-sungguh. Dengan berkonsentrasi, kalian dapat

menyimak dan menangkap pokok-pokok informasi dari berita.

Sebelum menuliskan pokok-pokok berita dan isinya dalam

beberapa kalimat, perlu kalian ingat kembali hal-hal yang menjadi

unsur dari sebuah berita. Sebagaimana kalian ketahui bahwa berita

yang baik harus memiliki unsur-unsur kelengkapan berita.

Kelengkapan berita berkaitan dengan

apa, siapa, kapan, di mana,

mengapa

, dan

bagaimana

hal yang diberitakan. Dalam bahasa

Inggris, hal tersebut diistilahkan

what, who, when, where, why,

dan

how

(5w + 1h).

Guna memperdalam kemampuan kalian dalam memahami

isi berita yang dibacakan, mintalah salah seorang teman kalian

untuk membacakan teks berita di bawah ini. Pada saat berita

dibacakan, perhatikanlah dengan saksama. Kalian tidak perlu

membaca teks berita itu terlebih dahulu. Simak dan perhatikanlah

pembacaan berita yang dilakukan oleh teman kalian berikut!

Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar kalian

adalah dapat

menentukan isi berita

dan menuliskan

kembali berita yang

dibacakan ke dalam

beberapa kalimat.

10 Tips Sehat Tanpa Obat

Hidup yang multikompleks dewasa ini

membuat kita bisa terlanda penyakit yang

sulit diatasi, baik oleh kekebalan tubuh

sendiri maupun obat-obatan. Bagaimana

kiatnya agar kita tetap sehat tanpa harus sering

berobat?

Mencegah sebelum terjadi itu lebih baik

daripada mengobati yang sudah telanjur

marak. Berikut 10 cara yang dapat digunakan

untuk menjaga badan tetap sehat.

1. Kenali diri Anda, baik fisik maupun

kejiwaan

Dengan mengenali diri sendiri, kita

dapat mengetahui kelemahan fisik tubuh kita.

Lalu kita dapat memutuskan apa yang baik

dan boleh dilakukan bagi tubuh, dan apa yang

tidak.

2. Tidak terburu-buru merasa sakit

Hanya karena bersin, batuk, atau agak

demam, orang telah memutuskan untuk mi-

num obat. Padahal, jika setelah dibiarkan tiga

hari, gejala sakit itu hilang sendiri. Tubuh

memang mempunyai kemampuan untuk

menyembuhkan sendiri. Hanya dengan ber-

istirahat cukup, gejala sakit itu sudah hilang

dengan sendirinya. Gejala pusing kadang

dapat hilang hanya karena menghirup udara

segar di taman yang tidak tercemar udaranya.

3. Mengusahakan variasi makanan sehari-hari

Melakukan variasi santapan. Dengan

pemikiran bahwa ada bahan makanan tertentu

yang lebih bermanfaat daripada jenis ma-

kanan biasa sehari-hari. Apabila ini kita

gunakan sebagai selingan bagi jenis makanan

sehari-hari, maka kedua kelompok bahan

tersebut dapat saling melengkapi. Misalnya,

apabila kita terbiasa makan daging ayam dan

sapi, sebaiknya mengubah kebiasaan itu.

Sekali-sekali kita makan ikan segar, tempe,

dan tahu sebagai selingan.

4. Menyesuaikan konsumsi dengan

tingkatan umur

Jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh

berbeda-beda bergantung pada umur, jenis

Sumber:

Dok. Penerbit

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

98

kegiatan, dan kondisi tubuh (dalam keadaan

sakit atau sehat). Pada anak-anak dan remaja

yang sedang giat-giatnya tumbuh, kelima

unsur dalam makanan sangat diperlukan,

maka tidak perlu dibatasi. Kelima unsur

dalam makanan itu adalah karbohidrat, pro-

tein, lemak, vitamin, dan mineral, serta air.

Pada orang dewasa dan lanjut usia,

pembatasan itu mutlak perlu. Karbohidrat dan

lemak sebagai penghasil energi harus diku-

rangi jumlahnya.

Vitamin dan mineral serta air justru

harus dikonsumsi dengan cukup. Sebaliknya,

konsumsi protein perlu dikurangi.

Adapun air yang diminum harus yang

steril, aman dari kuman, seperti air mineral

yang benar memenuhi syarat sebagai air min-

eral. Boleh juga air biasa yang sudah direbus

lebih dulu. Lebih kurang 60% dari berat badan

kita berupa air atau cairan. Itu berarti kita

harus minum air lebih banyak daripada unsur

makanan yang lain.

5. Berolahraga secara teratur sesuai

kemampuan

Berolahraga bertujuan memperlancar

peredaran darah dan mempercepat penye-

baran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau

sebaliknya. Dengan demikian, tubuh senan-

tiasa bugar.

6. Selalu menjaga kebersihan

Lingkungan bersih di rumah, halaman,

dan kompleks hunian memberi suasana segar

dan nyaman. Sebuah penelitian di Amerika

Serikat menunjukkan bahwa kelompok rumah

yang mempunyai halaman dan lingkungan

tertata baik, hijau, dan asri, mempunyai per-

sentase kesehatan penghuninya jauh lebih

baik daripada kelompok rumah miskin ta-

naman.

7. Meluangkan waktu untuk bersantai

Meluangkan waktu tidak berarti minta

istirahat lebih banyak daripada bekerja

produktif. Meluangkan waktu untuk istirahat

itu sebentar saja. Ini perlu dilakukan secara

rutin.

8. Back to nature

Untuk dapat kembali dekat dengan

alam, sebaiknya kita menghindari bahan

makanan kalengan dan memperbanyak makan

sayuran dan buah yang segar.

9. Mengolah pernapasan

Mengolah pernapasan berarti mengatur

cara dan frekuensi bernapas agar lebih efisien.

Olahraga pernapasan dapat dilakukan dengan

menghirup udara (oksigen) perlahan-lahan

dalam hitungan 15 kemudian melepaskannya

kembali pelan-pelan juga dalam hitungan 15.

10. Gemari membaca bacaan kesehatan

Dengan gemar membaca bacaan ke-

sehatan, kita akan tahu seluk-beluk kesehatan

itu lebih baik. Kemudian kita dapat memakai-

nya untuk menyusun siasat menghindari

gangguan penyakit.

(Sumber:

www.google.co.id

, dengan pengubahan)

Berdasarkan bacaan di atas, kalian dapat menuliskan contoh

isi berita tersebut ke dalam beberapa kalimat, seperti berikut.

1. Hidup yang multikompleks dapat menyebabkan penyakit

yang sulit diatasi.

2. Ada sepuluh cara yang dapat digunakan untuk menjaga

badan tetap sehat.

a. Mengenali diri, baik fisik maupun kejiwaan.

b. Tidak terburu-terburu merasa sakit dan memutuskan

untuk minum obat.

c. Memvariasikan makanan sehari-hari.

Pelajaran 5 Kesehatan

99

Remaja Malang Suspect Flu Burung

d. Mengonsumsi zat gizi dengan jumlah yang sesuai

dengan tingkatan umur.

e. Berolahraga secara teratur sesuai kemampuan.

f. Selalu menjaga kebersihan.

g. Meluangkan waktu untuk bersantai.

h. Kembali dekat dengan alam dengan memperbanyak

makan sayuran dan buah serta

menghindari bahan

makanan kalengan.

i.

Mengatur pernapasan dengan baik.

j.

Gemar membaca bacaan kesehatan.

Uji Kemampuan 1

Simaklah pembacaan berita “Remaja Malang Suspect Flu

Burung” dengan saksama!

Bingkai Bahasa

Pada bacaan di atas

terdapat kata berkonfiks

pe-/-an

, yaitu:

pemikir-

an

. Makna konfiks

pe-/-

an

dapat diklasifikasikan

sebagaimana berikut.

1. menyatakan tempat

Contoh: pengadilan

2. menyatakan hasil

perbuatan

Contoh: pemalsuan

3. menyatakan alat

Contoh: penciuman

4. menyatakan proses

atau hal

Contoh: penanaman

Seorang remaja asal Kecamatan

Poncokusumo, Kabupaten Malang, menjadi

suspect flu burung (

Avian Influenza/AI

). Sus-

pect flu burung artinya dugaan terjangkitnya

penyakit menular pada saluran pernapasan

yang disebabkan oleh virus unggas atau

burung. Berdasarkan keterangan dokter

Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), remaja

berinisial D,18, mengalami gejala mirip

penderita flu burung. Karena itu, sejak Jumat

(9/2) lalu, D harus menjalani perawatan

intensif di ruang isolasi khusus AI.

Dia merupakan rujukan Puskesmas

Pocokusumo dan telah direkomendasikan

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang untuk

mendapatkan perawatan intensif di RSSA

Malang. Sebelum dirujuk, dia mengidap

gejala seperti suhu badan tinggi mencapai

38,8 derajat Celcius, batuk, nyeri saat

menelan ludah, dan sesak napas.

Ketua tim penanganan flu burung RSSA

Malang dr. H.A. Gatoet Ismanoe, Sp.P.D.

KPTI mengatakan, tim dokter telah melakukan

pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan

darah, tenggorokan, dan foto torax secara ru-

tin. Pihaknya juga sudah mewawancarai

pasien. Dari wawancara diketahui seminggu

sebelum sakit, D bersinggungan langsung

dengan ayam yang mati dan dinyatakan positif

H5N1.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan awal

yang dilakukan terhadap pasien D dan melihat

gejala-gejala yang terjadi, akhirnya tim dokter

memutuskan bahwa pasien tersebut suspect

flu burung dan harus dirawat di ruang isolasi,”

terang Gatoet, kemarin.

Guna memperkuat hasil pemeriksaan,

tim dokter langsung mengirimkan sampel

darah pasien ke RSU dr. Sutomo, Surabaya.

Sampel tersebut digunakan untuk pemeriksaan

guna memastikan ada atau tidaknya virus

H5N1 dalam tubuh pasien.

Gatoet menuturkan ada tahapan-

tahapan untuk menentukan seorang pasien

menderita flu burung atau tidak. Tahap

pertama adalah observasi. Observasi didasar-

kan pada dugaan sementara dari gejala-gejala

yang dialami pasien. Kemudian dilanjutkan

pada tahap suspect. Tahap ini berusaha

mengidentifikasi bahwa pasien sebelumnya

memiliki riwayat kontak langsung dengan

unggas positif flu burung.

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

100

Dengarkanlah berita bertema kesehatan di radio atau televisi dengan

saksama! Catatlah pokok-pokok berita dari berita tersebut, kemudian

tuliskan kembali berita tersebut ke dalam beberapa kalimat! Tulislah

di selembar kertas!

Portofolio

Kerjakan perintah soal berikut berdasarkan teks berita “Re-

maja Malang Suspect Flu Burung” dengan tepat di buku tugas!

1.

Tuliskan pokok-pokok dari berita tersebut!

2.

Tuliskan isi berita tersebut ke dalam beberapa kalimat!

3.

Diskusikan dengan teman dan gurumu berkenaan dengan berita

yang kamu tuliskan!

TAGIHAN

Tahapan berikutnya adalah

probable

,

yaitu dari hasil pemeriksaan darah pasien

diketahui adanya virus H5 saja. Adapun

tahapan terakhir adalah

confirm

atau sudah

dipastikan pasien menderita flu burung

(positif).

“Sementara itu, hanya ibu pasien yang

diperbolehkan menunggu di dalam kamar. Itu

pun harus mengenakan alat perlindungan

perorangan (APP). Apabila nanti pasien

dinyatakan H5N1, maka orang tuanya juga

akan diperiksa,” tegasnya. Selain mengisolasi

pasien, tim juga melakukan pemeriksaan ru-

tin, pemberian tamiflu, antibiotik, dan tam-

bahan gizi.

Sementara itu, RSSA Malang kemarin

mendapatkan sejumlah peralatan dan obat-

obatan untuk penanganan pasien flu burung

dari Departemen Kesehatan. Di antaranya

peralatan itu adalah APP,

mobile xray

, dan

ventilator. Peralatan-peralatan tersebut

berguna untuk membantu sistem pernapasan

pasien. Peralatan lain berupa beberapa unit

tempat tidur.

(Sumber:

Seputar Indonesia

, 11 Februari 2007,

dengan pengubahan seperlunya)

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan cermat dan

teliti di buku tugas!

1.

Apakah yang diinformasikan dalam berita di atas?

2.

Siapa yang terlibat dalam berita tersebut?

3.

Kapan hal tersebut terjadi?

4.

Di mana peristiwa itu terjadi?

5.

Mengapa seseorang dapat menjadi suspect flu burung?

6.

Bagaimana gejala-gejala seseorang menjadi suspect flu

burung?

Pelajaran 5 Kesehatan

101

B. Bercerita dengan Alat Peraga

Supaya dapat bercerita dengan baik dan menarik, kita perlu

memahami isi cerita secara utuh dan mendalam. Dengan demikian,

penghayatan dapat terbentuk dengan sendirinya. Selain itu, urutan

cerita, volume suara, lafal, intonasi, mimik wajah, dan gerakan

anggota tubuh perlu juga diperhatikan. Hal ini dapat mendukung

proses penjiwaan yang kita bangun bagi pendengar.

Selain memerhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pen-

ceritaan di atas, akan lebih baik jika saat bercerita kalian meng-

gunakan alat peraga. Beberapa hal yang perlu kalian perhatikan

dengan penggunaan alat peraga dalam bercerita antara lain berikut.

a . Pilihlah alat peraga yang sesuai dengan isi cerita yang kalian

sampaikan.

b. Pilihlah alat peraga yang sederhana, sehingga kalian dapat

menggunakannya secara mudah.

c. Pilihlah alat peraga yang bentuknya menarik, unik, dan

mewakili peristiwa atau hal yang kalian peragakan.

d. Gunakan alat peraga seefektif mungkin untuk mendukung

kemenarikan kalian dalam bercerita.

Perhatikanlah kutipan cerita berikut beserta uraiannya sebagai

bahan pembelajaran kalian!

Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar kalian

adalah dapat

bercerita dengan alat

peraga secara

menarik.

Sumber:

Dok. Penerbit

Dahulu ada seekor bangau tua yang

susah. Susah karena ia tak dapat menangkap

ikan secepat dulu lagi. Usia telah menggero-

goti kekuatan dan kegesitannya. Padahal,

telaga tempat ia tinggal banyak sekali ikannya

yang berwarna-warni. Si bangau tua telah

menjadi loyo dan lemah, tak lagi mampu

menangkap ikan.

“Aku harus menggunakan siasat,” pikir

bangau tua itu.

Lalu ia pasang aksi di tepi telaga. Berdiri

tepekur dengan wajah murung dan sedih.

Ikan-ikan dan kodok yang berenang di

dekatnya sengaja tidak ia hiraukan. Padahal,

biasanya ia selalu mematuk atau memangsa

ikan-ikan itu.

Seekor kodok bertanya, “Pak Bangau,

mengapa Anda kelihatan sedih sekali? Tidak

mencoba menangkapku?’’

Berdasarkan petikan cerita di atas, kalian dapat mengambil

contoh alat peraga berikut.

1. Burung kertas digunakan sebagai tokoh bangau.

2. Peran ikan-ikan dapat diperankan dengan karet penghapus

atau benda-benda kecil lainnya.

3. Karakter kodok dapat diperankan dengan alat peraga benda

yang berbentuk cekung.

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

102

Uji Kemampuan 2

Simaklah cerita berikut dengan cermat!

Pada suatu hari ada seseorang pergi ke

hutan. Ketika sedang berjalan, dia mendengar

suara keluhan binatang. Setelah mencari-cari,

dia melihat seekor srigala di atas pohon, tidak

begitu tinggi. Kaki srigala itu terjepit pada

suatu dahan yang retak. Badannya tergantung

dengan tiga kaki lain melayang-layang di

udara.

“Hai manusia! Tolonglah aku!” seru Sri-

gala ketika melihat manusia lewat di dekat-

nya.

...

Manusia itu berdiam diri lagi sebentar,

lalu, “Bagaimana aku bisa percaya kepadamu?

Aku mau saja melepaskanmu, tetapi siapa

tahu begitu kau bebas akan menerkamku?”

“Ah, manusia! Aku tidak akan bisa

bergerak lagi. Kepalaku pusing karena terbalik

begini sejak lama. Sebegitu kau melepaskan-

ku, cepat-cepatlah pergi! Dengan begitu kau

yang tidak memercayai rasa terima kasihku

akan merasa aman terhindar dari terkaman-

ku.”

Demikianlah yang terjadi. Manusia ber-

jinjit naik ke batang paling rendah, mencapai

batang yang menjepit kaki srigala. Binatang

itu sangatlah berat dalam gendongan manusia.

Lalu diletakkan di tanah. Belum sampai si

manusia bangkit dan menjauh, srigala telah

mencengkeram lengannya, “Karena terlalu

lama tergantung di atas, aku sangat lapar. Aku

akan memakanmu, hai, Manusia!”

...

Si srigala mulai hendak menancapkan

taring ke leher korbannya, tetapi si manusia

segera berkata, “Tunggulah barang sebentar,

hai, Srigala. Aku tidak bisa melarikan diri lagi

karena ada dalam cengkeramanmu. Tetapi

aku ingin sekali mendengar pendapat anjing-

ku. Menurut dia, apakah aku telah bertindak

benar menyelamatkan kau. Ataukah kamu

yang benar karena hendak memakan diriku.”

Air liur bertetesan karena keinginannya

hendak makan, tetapi dia setuju pikiran yang

diusulkan manusia. Orang itu memanggil

anjingnya. Katanya, “Hai, Anjing yang setia,

inilah Srigala yang telah kulepaskan dari ba-

haya maut. Sebagai ucapan terima kasihnya,

dia akan mengambil diriku untuk santapannya.

Menurutmu, benarkah itu?”

“Ah, Manusia. Aku tidak tahu mana

yang benar, mana yang salah. Aku telah

melayanimu bertahun-tahun. Dan tadi kau

berkata sendiri bahwa aku adalah anjing yang

setia. Tetapi tadi pagi, aku juga mendengar

kau mengatakan kepada istrimu bahwa aku

sudah menjadi tua, bahwa kau sedang mencari

anjing lain buat menggantiku. Ah, Manusia,

padahal aku telah menjaga ternakmu seumur

hidup. Aku telah melayani keluargamu dari

kakek sampai anak-anakmu. Benar-benarlah

aku tidak tahu apa yang harus kukatakan dalam

perkara si Srigala ini.”

Mendengar itu, srigala semakin mena-

namkan taring ke daging manusia yang telah

menolongnya. “Tunggulah, hai, Srigala! Kita

belum mendengar apa yang dipikirkan

kudaku!”

“Cepatlah sedikit! Aku semakin merasa

lapar!”

“Hai, Kudaku! Apakah benar kelakuan

Srigala jika dia memakanku?”

“Ah, Manusia! Sudah lama aku bekerja

untukmu. Sekarang aku merasa capek dan

lemah. Ternakmu di padang telah lama tidak

terganggu oleh srigala. Sekarang kau kaya,

memiliki uang cukup. Tadi, pagi kau berun-

ding dengan istrimu akan membeli kuda yang

baru yang lebih kuat? Betul seperti kata

Anjing, aku tidak bisa mengatakan apakah

kau atau si Srigala yang berkelakuan baik.”

Baru saja kuda memberikan kata hati-

nya, lewatlah seekor rubah. “Sebentar lagi

hai, Srigala,” kata manusia kepada srigala

yang sudah tidak sabar lagi hendak mencekik

Air Susu Dibalas Air Tuba

Pelajaran 5 Kesehatan

103

leher manusia. “Inilah rubah yang baru

datang. Aku ingin mendengarkan apakah

pikirannya sama dengan anjing dan kudaku.”

Dan manusia pun bertanya kepada si

rubah. Dia menceritakan apa yang telah

terjadi. Rubah menengadah, mencari pohon

mana dan cabang mana yang telah mencelaka-

kan srigala.

“Itulah dia, pohon di sana itu!” sahut

Srigala.

“Di cabang yang paling rendah katamu?

Masa, begitu tinggi kau bisa naik?”

“Ya, aku naik ke atasnya!” seru Srigala.

“Bagaimana mungkin?” tambah Rubah

lagi. “Apalagi kata kalian, si Srigala sampai

terjepit kakinya! Ah, aku tidak bisa memba-

yangkannya!”

“Tapi itu benar-benar telah terjadi!” kata

Srigala semakin panas hatinya.

“Kalau tidak melihat sendiri, aku tidak

bisa memercayai hal itu bisa terjadi.”

Srigala melepaskan manusia, tegak

berdiri, bulu-bulunya mengembang. Dengan

geram dia berkata, “Apakah itu berarti bahwa

kau menganggapku sebagai pendusta?”

“Jangan salah paham! Cobalah kau

tempatkan dirimu di pihakku. Tentulah kau

tidak akan semudah itu memercayai cerita

yang aneh. Masa, Srigala dapat naik ke cabang

itu! Meskipun kelihatan rendah, tetapi

memerlukan kesigapan buat mencapainya.”

Tanpa menunggu kalimat atau kata-kata

lain, srigala telah melompat, naik ke dahan

yang menjadi pembicaraan. “Begini!” seru-

nya. “Sekarang apakah kau percaya?” si Rubah

tampak terperanjat.

“Aaaaah, hebat! Lalu bagaimana ka-

kimu terjepit?” Srigala menempatkan satu

kakinya ke dalam retakan kayu. “Begini,”

katanya lagi. Dan tiba-tiba dia tergelincir,

tubuhnya kehilangan keseimbangan. Sekali

lagi dia tergantung, kepala di bawah, satu

kaki di antara jepitan cabang.

“Nah, sekarang aku percaya bagaimana

kau bisa naik dan terjepit di atas pohon!”

kata si Rubah. Srigala menjerit dan berteriak.

Tak seorang pun memerhatikannya. Manusia

menoleh kepada Rubah, katanya “Aku ber-

terima kasih kepadamu, hai, Rubah. Apakah

yang dapat kuberikan kepadamu sebagai ganti

pertolonganmu?”

“Oooh, kalau memang kau hendak

menyenangkan hatiku, bawakanlah aku satu

karung penuh dengan ayam yang gemuk.”

Keesokan harinya, manusia datang ke

tempat perjanjian. Dia meletakkan karung

yang dijinjing di punggung. “Inilah yang

kauminta,” katanya.

“Hanya ada suara seekor ayam!” sahut

Rubah. “Ya, yang lain kupukuli supaya tidur.

Habis, suaranya ribut sekali.” Rubah mende-

katkan moncong ke lubang karung.

“Hmmmmm, bau ayam! Sedap sekali!”

“Akan lebih keras lagi baunya di sebelah

dalam!” kata manusia sambil membuka

karung lebih lebar. Dan si Rubah memasuk-

kan setengah moncongnya ke lubang. Lebih

ke dalam lagi!

Si Rubah bergerak, badannya turut

menyelonong ke dalam karung. Seketika itu

terdengar suara perangkap yang tertutup.

Mulutnya terjebak, tidak bisa berkata-kata

lagi. Hanya badannya menggeliat, kakinya

mencakar. Tetapi manusia segera menutup

karung rapat-rapat. Dia menuju pulang.

Hatinya puas. Dia akan bisa membawa da-

ging dan bulu rubah yang berharga.

(Sumber: Dongeng dari Prancis dalam

Kumpulan

Dongeng dari Mancanegara

, 2003, dengan

pengubahan)

Selesaikanlah soal-soal berikut dengan cermat!

1.

Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan

sebuah cerita agar menarik!

2.

Tuliskan beberapa contoh alat peraga yang diperlukan dalam

cerita di atas!

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

104

Sumber:

Dok. Penerbit

3.

Ceritakan cerita di atas dengan alat peraga yang kamu pilih!

4.

Diskusikan dengan temanmu hasil penceritaanmu!

5.

Temukanlah kelebihan dan kekurangan dalam penceritaanmu!

C. Mengomentari Buku Cerita yang Dibaca

Mengomentari buku cerita berarti mengungkapkan sesuatu

berdasarkan isi buku cerita yang dibaca. Ungkapan atau komentar

tersebut dapat berupa tanggapan, penilaian baik/buruk, dan kesan.

Untuk dapat mengomentari buku cerita, kita harus dapat memahami

jalan cerita, pokok permasalahan, serta penokohan yang ada pada

setiap cerita di dalam buku cerita tersebut. Dengan memahami

ketiga unsur tersebut, kita akan dapat dengan mudah untuk

mengomentarinya.

Supaya dapat mengetahui isi buku cerita secara jelas, kalian

perlu membacanya secara cermat dan teliti. Dengan demikian,

kalian benar-benar dapat menangkap keseluruhan cerita. Komentar

terhadap tiap-tiap cerita maupun keseluruhan cerita antara satu

orang dengan orang lainnya dapat berbeda-beda. Hal ini dika-

renakan adanya perbedaan apresiasi atau penilaian, sudut pandang,

pengalaman, perasaan, dan selera setiap orang terhadap suatu

cerita.

Hal yang dapat dikomentari dalam sebuah buku cerita meliputi

berikut.

1. Variasi isi cerita

Komentar yang berkenaan dengan variasi isi cerita yaitu

bahwa dalam sebuah buku cerita yang baik memiliki berbagai variasi,

yang meliputi variasi tema, bentuk cerita, model cerita, dan latar

belakang cerita.

2. Unsur intrinsik

Komentar terhadap sebuah buku cerita dapat disampaikan

berkenaan dengan unsur intrinsik setiap cerita yang ada di

dalamnya. Sebagaimana telah kalian pelajari bahwa unsur intrinsik

1.

Ingat-ingatlah sebuah dongeng!

2.

Jika kamu tidak ingat, kamu dapat membaca buku dongeng

kembali!

3.

Pahamilah isi dongeng tersebut!

4.

Ceritakanlah kisah dongeng tersebut di depan kelas dengan

alat peraga dengan baik!

TAGIHAN

Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar kalian

adalah dapat

menentukan isi buku

cerita dan

mengomentari buku

cerita yang dibaca.

Pelajaran 5 Kesehatan

105

sebuah cerita meliputi tema, amanat, alur, setting, gaya bahasa,

penokohan, dan sudut pandang.

3.Kebahasaan

Komentar berkenaan dengan aspek kebahasaan, yaitu

berhubungan dengan bahasa yang digunakan oleh penyusun buku

cerita. Buku cerita yang baik akan menyajikan cerita dengan

bahasa yang menarik, jelas, komunikatif, dan tidak membosankan.

Bacalah cerita berikut!

Si Tukang Cerita

Dahulu di sebelah timur

Kota Baghdad, ada seorang

lelaki tua yang bodoh, karena

kebodohannya ia disebut Pak

Pandir. Begitu bodohnya ia,

sehingga selalu percaya pada

perkataan semua orang.

Bahkan anak-anak kecil pun

ia percayai omongannya.

Pada suatu hari ia ingin

menjual kambingnya ke Kota Baghdad. Pada

masa itu, orang-orang miskin harus berjalan

berhari-hari untuk mencapai Kota Baghdad.

Karena bodoh atau pandir, ia jadi repot

sekali jika hendak bepergian. Repot menyiap-

kan bekal perjalanan. Ia harus menghitung

baju, makanan, dan minuman yang harus

dibawa.

Ia memerlukan waktu seminggu untuk

menyiapkan bekalnya. Sesudah itu, bekalnya

dimasukkan ke dalam karung. Dan karung itu

dinaikkan ke punggung keledai.

Kambingnya diikatkan ke ekor keledai

dan di leher si kambing digantungkan sebuah

lonceng.

“Sambil berjalan aku bisa mendengar

bunyi lonceng itu,” pikir Pak Pandir.

“Jika lonceng masih tetap berbunyi, itu

tandanya tak ada yang mencuri kambingku.

Nah, bukankah akalku cukup cerdik. Hanya

orang lain saja yang menganggapku bodoh.”

Pada waktu itu penduduk negeri belum

sebanyak sekarang. Daerah-daerah yang

menghubungkan satu desa dengan desa

lainnya masih sepi, liar, dan penuh bahaya.

Pak Pandir pun berang-

kat. Di tempat yang sunyi, tiga

perampok sudah mengha-

dang. Mereka menunggunya

lewat.

“Aku akan merampok

kambingnya,” kata perampok

pertama.

“Kalau begitu aku ke-

ledainya,” kata perampok

kedua. Perampok yang ketiga mendengus

kecewa. “Tinggal baju kumalnya itu yang

masih bisa kurampas,” katanya.

Perampok pertama menunggu sampai

Pak Pandir mendaki lereng yang cukup curam.

Kemudian ia mengendap-endap dari balik se-

mak. Diguntingnya tali pengikat kambing

dengan ekor keledai dan dipindahkannya

lonceng itu ke ekor keledai. Lalu ia bersem-

bunyi lagi.

Pak Pandir terus melangkah dengan

riang. Pikirnya, selama lonceng itu masih

berbunyi, berarti kambingnya masih ada.

Beberapa saat kemudian ia menoleh dan

terkejut sekali waktu melihat kambingnya tak

ada lagi. Barulah Pak Pandir tahu, lonceng

itu ternyata diikatkan ke ekor keledai. Ia sadar

... ia telah tertipu.

Dia menangis keras-keras. Pada waktu

itu datang seorang laki-laki mendekatinya.

Dialah perampok yang kedua. “Ada apa, Pak

Tua?” tanyanya. “Mengapa Anda menangis

dan berteriak-teriak begitu?”

“Kambingku! Mula-mula ada. Sekarang

tidak ada. Pasti ada yang mengambilnya,”

keluh Pak Pandir.

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

106

“Astaga!” kata si perampok. “Untung

bertemu denganku, Pak. Beberapa saat lalu

aku bertemu dengan seorang laki-laki menarik-

narik seekor kambing. Nampaknya kambing

itu enggan mengikutinya. Di balik rumpun

pohon itu. Jika Anda lari, pasti Anda dapat

menangkapnya.”

“Terima kasih,” kata Pak Pandir. Wajah-

nya berseri kembali. “Aku akan mengejarnya.

Tolonglah jaga keledaiku ini sementara aku

pergi.”

“Baiklah,” kata si perampok kedua.

Dipeganginya tali keledai. Pak Pandir segera

lari ke arah rumpun pohon.

Tentu saja tak ada siapa-siapa. Kemu-

dian, ketika ia dengan napas tersengal-sengal

sampai ke tempat kawan barunya yang diting-

gal tadi, orang itu telah menghilang bersama

keledainya.

Pak Pandir menangis menjerit-jerit

menjambaki rambutnya. Tapi tak ada guna-

nya. Kambingnya telah hilang. Keledainya

dan bekal makanan serta pakaiannya juga

telah lenyap. Tak ada yang dapat dikerjakan-

nya selain balik ke desanya lagi.

Ia harus kembali menempuh jalan jelek

yang berdebu itu. Matahari bersinar terik. Pak

Pandir lega ketika sampai ke dekat sebuah

perigi. Di dekat perigi itu duduk seorang laki-

laki yang sedang menangis meraung-raung

sambil menarik-narik rambutnya. Persis ia

sendiri tadi.

“Celaka! Sial!” tangis orang itu. Pak

Pandir datang mendekatinya dan bertanya.

“Mengapa?”

“Aku terjerat kesulitan yang paling

rumit di dunia,” tangis yang ditanya.

Pak Pandir hampir-hampir tak percaya

pada pendengarannya.

Dia tak bisa membayangkan, masih ada

yang lebih celaka lagi dibandingkan dengan

dirinya. Tapi dengan sabar ia mendengarkan

juga.

“Aku membungkuk ke dalam perigi,

maksudku mau mengambil air,” kata orang

itu. “Tahu-tahu, kantung permata yang

kubawa jatuh ke dalam perigi. Padahal,

permata-permata itu milik Khalifah. Jika aku

pergi menghadap dan menceritakan yang

sebenarnya, Khalifah takkan percaya dan akan

memasukkan aku ke dalam penjara.”

Pak Pandir mengangguk-angguk.

“Ya, memang rumit,” katanya. “Menga-

pa tidak kau ambil saja kantung itu? Kau pasti

dengan mudah bisa menemukannya.”

“Oh, aku tidak bisa berenang. Aku takut

tenggelam dalam perigi,” kata si perampok

ketiga. “Kecuali permata, kantung itu juga

berisi sepuluh keping uang emas. Uang itu

akan kuhadiahkan kepada siapa pun yang bisa

mengambilkan kantung itu.”

Pak Pandir merasa tertarik. Sepuluh

keping uang emas cukup untuk membeli

seekor kambing, seekor keledai, makanan,

pakaian, dan masih akan tersisa banyak.

“Nah, aku akan masuk ke perigi dan

mencari kantungmu,” katanya.

“Tapi aku tak mau bajuku basah.

Maukah kau menjaganya sementara aku

masuk ke perigi?”

“Tentu,” jawab perampok ketiga. Pak

Pandir pun masuk ke dalam perigi.

Air perigi itu sedingin es. Apalagi Pak

Pandir baru saja berada di tempat yang sangat

panas. Tentu saja, bagaimanapun telitinya ia

mengaduk-aduk lumpur dalam perigi, kantung

permata itu tak dapat ditemukan. Lekas-lekas

ia naik kembali, tak ingin kawan barunya

menunggu terlalu lama.

Tak bisa ditemukan, sebab memang tak

ada kantung permata yang jatuh ke dalam

sumur. Di atas tak ada seorang pun yang

menunggunya. Pakaiannya pun telah lenyap.

Beberapa saat kemudian, barulah ia

sadar bahwa ia telah tertipu. Dengan sangat

mendongkol ia berlari pulang.

Sepanjang jalan dia berteriak-teriak

menceritakan kisah malangnya kepada siapa

pun yang mau mendengar.

Pelajaran 5 Kesehatan

107

Sumber:

Dok. Penerbit

Contoh komentar yang dapat disampaikan terhadap cerita di

atas yaitu berikut.

1. Tema dalam cerita tersebut sudah biasa digunakan dalam

cerita-cerita anak. Namun demikian, pengemasan cerita

dengan tokoh dan jalan cerita tersebut menjadikan cerita

tersebut menarik dan asyik.

2. Gaya bahasa yang digunakan pengarang tidak terlalu

istimewa. Pemilihan katanya cenderung biasa-biasa saja,

yaitu bahasa keseharian dan bukan bahasa yang penuh

dengan ungkapan. Hal tersebut justru menjadikan cerita di

atas mudah dipahami isinya.

Uji Kemampuan 3

Bacalah cerita “Pangeran dan Kuda Api” dengan cermat!

Para tetangga menganggap pengalaman-

nya itu lucu sekali. Setiap malam, bergantian

mereka mengundang Pak Pandir untuk makan

malam sambil mengisahkan pengalamannya.

Para tetangganya itu tertawa terpingkal-

pingkal saat Pak Pandir bercerita.

(Sumber: Dongeng dari Irak dalam

Kumpulan

Dongeng dari Mancanegara

, 2003)

Pangeran dan Kuda Api

Di pedalaman Rusia bekas Uni Soviet,

dahulu diperintah seorang raja yang kaya dan

sangat berkuasa. Kekayaannya didapat dari

tambang batu bara, perak, dan permata,

sehingga rakyatnya hidup makmur penuh

kedamaian. Tapi sang Raja merasa gundah

gulana, soalnya permaisurinya hingga kini

belum melahirkan anak. Padahal, mereka

sudah lama menikah.

Namun, dengan sabar sang Raja me-

nunggu. Akhirnya penantiannya tidak sia-sia.

Setelah bertahun-tahun, Permaisuri Sophie

melahirkan bayi laki-laki yang sehat dan

tampan. Anak itu diberi nama Pangeran

Arran.

Raja dan permaisuri sangat bahagia. Di

seluruh negeri diadakan pesta, hadiah-hadiah

dibagikan. Seisi negeri ikut bergembira.

Sayang, ada satu orang yang tidak puas. Dia

adalah sepupu Raja, namanya Gubernur Olaf.

Sebelum Pangeran Arran lahir, Gubernur Olaf

adalah calon pewaris tahta. Sejak kelahiran

Putra Mahkota, kedudukan Gubernur Olaf

tergeser. Dia bukan lagi pewaris tunggal tahta

kerajaan. Iri hati dan dengki meracuni hati

Guberbur Olaf. Dari hari ke hari, Putra

Mahkota tumbuh makin besar, tampan, dan

pandai. Namun, Pangeran Arran semakin

dibenci oleh Gubernur Olaf.

...

Pada suatu malam, Gubernur Olaf

menculik putra mahkota dan melarikannya

ke gunung. Gubernur yang licik itu pun

meninggalkan putra mahkota yang masih

kecil di lereng gunung terpencil, lalu kembali

ke istana. Bangsawan itu tidak tahu bahwa

gunung itu adalah tempat tinggal Kuda

Bersayap Api. Binatang ajaib ini mempunyai

sayap, ekor, dan surai yang selalu menyala

seperti api. Dia selalu berkeliaran menjelajah

celah-celah pegunungan. Kuda itu merasa iba

melihat Pangeran Arran. Digendongnya

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

108

Pangeran kecil itu dan diterbangkannya ke gua

tempat tinggal peri-peri salju. Peri-peri salju

lalu merawat dan mendidik Pangeran Arran

hingga ia tumbuh menjadi seorang anak

muda yang tampan, gagah, pandai, dan pintar

bermain musik. Pendek kata, Pangeran Arran

menguasai segala hal yang harus dikuasai oleh

seorang pangeran muda. Pangeran Arran

benar-benar bahagia tinggal di pegunungan

itu.

...

Jika Pangeran Arran hidup bahagia, tidak

demikian halnya dengan kedua orang tuanya.

Mereka merana. Yang mereka ketahui

hanyalah putra kesayangannya hilang diculik

dan tak pernah bisa ditemukan kembali. Tak

ada lagi pewaris lain, kecuali Gubernur Olaf.

Gubernur Olaf merasa puas. Banyak sudah

pasukan dikerahkan untuk mencari pangeran

yang hilang, tapi tak ada yang berhasil

menemukan. Sampai akhirnya Ratu Sophie

mendengar tentang seorang wanita bijaksana

yang tinggal di kaki pegunungan yang tinggi.

...

Wanita tua itu duduk bersemedi. Lama

sekali, hingga Ratu Sophie menyangkanya

telah tertidur. Akhirnya kelopak matanya

bergetar dan wanita tua itu pun membuka

matanya. “Di lereng gunung-gunung tinggi,”

bisik wanita tua itu, “Di gua peri-peri salju.

Dalam gua yang dingin membeku, aku bisa

merasakan adanya kehangatan. Ada manusia

yang tinggal di sana. Aku bisa melihat cahaya

samar-samar yang mengelilinginya, meskipun

mataku tertutup. Pastilah dia sang pangeran

yang hilang, putramu.” Wanita bijaksana itu

menunjukkan jalan ke arah gua peri salju.

Lalu Raja sendiri naik ke sana diiringi

pasukan pengawal yang gagah berani. Dengan

segera ia mengenali putranya, karena begitu

mirip dengan dirinya sendiri ketika masih

muda. Betapa bahagianya Raja menemukan

putranya yang hilang. Begitu pula sang Putra

Mahkota.

Peri-peri salju mengizinkan Pangeran

Arran untuk kembali ke istana. “Sudah

sepantasnya kau kembali ke keluargamu,” kata

mereka, “Tapi, pamitlah dulu kepada Kuda

Bersayap Api. Dialah yang menyelamatkan

nyawamu.” Pangeran Arran pergi menemui

kuda perkasa itu. “Aku akan selalu siap me-

nolongmu,” ringkiknya. “Ambillah sehelai

buluku. Simpan baik-baik. Jika kau memer-

lukan, masukkanlah bulu itu ke dalam air dan

... aku segera akan datang menyelamatkan-

mu.”

Dengan penuh rasa terima kasih,

Pangeran Arran kembali ke istana ayahnya.

Dia menikah dengan seorang putri yang cantik

jelita dan hidup bahagia. Tapi, di balik

kebahagiaan itu, dendam Gubernur Olaf

membara. Dia mengira Pangeran Arran telah

binasa ketika masih bayi. Dia lalu pergi ke

raja negeri tetangga. “Jika kubocorkan rahasia

pertahanan kerajaanku, maukah Anda menak-

lukkannya?” tanyanya pada raja tetangga.

“Aku akan menjadi raja di sana, dan Anda

akan kuupah dengan separuh kekayaan ke-

rajaanku.” Jahat sekali. Tapi, bagi Gubernur

Olaf, tampaknya itulah satu-satunya jalan

yang masih terbuka. Raja negeri tetangga

setuju dan mengirimkan pasukannya untuk

menyerang kerajaan Pangeran Arran. Karena

semua rahasia pertahanan telah dibocorkan

oleh Gubernur Olaf, tentu saja pasukan

musuh menang.

Raja dan Pangeran Arran melihat ser-

buan itu dari jauh. Mereka tahu bahwa Gu-

bernur Olaf telah berkhianat. Raja kecewa

sekali. Tapi, Pangeran Arran tersenyum saja.

Dimasukkannya bulu kuda ke dalam air dan

dalam sekejap mata muncullah si Kuda Bersa-

yap Api. “Panggilkan angin ribut untuk

mengusir pasukan musuh,” perintah Pangeran

Arran kepada si kuda. Musuh pun berhasil

disapu. Tunggang-langgang mereka lari

kembali ke negerinya. Nasib Gubernur Olaf

tak diketahui. Sejak itu, tak ada seorang pun

yang berani bermusuhan dengan Pangeran

Arran, karena mereka tahu Pangeran Arran

punya seekor kuda yang sangat sakti. Raja,

Pangeran Arran, dan keluarganya hidup

berbahagia.

(Sumber: Dongeng dari Rusia dalam

Kumpulan

Dongeng dari Mancanegara

, 2003)

Pelajaran 5 Kesehatan

109

Kerjakanlah soal berikut dengan cermat di buku tugas!

1.

Jelaskan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita tersebut!

2.

Berikanlah komentar terhadap unsur intrinsik dalam cerita

tersebut!

3.

Berikanlah penilaianmu terhadap isi cerita secara keseluruhan

dari cerita tersebut!

4.

Bagaimanakah menurutmu bahasa yang digunakan pengarang

dalam cerita tersebut?

5.

Diskusikanlah hasil kerjamu dengan teman-temanmu!

D. Menulis Kembali Cerita Dongeng

Pembelajaran mengenai dongeng pernah kita lakukan dalam

beberapa pertemuan sebelumnya. Menarik, bukan? Tentu kini kalian

telah memiliki pengalaman belajar berkenaan dengan dongeng.

Apakah kalian dapat menuliskan kembali dongeng yang pernah

kalian baca atau kalian dengar?

Dalam menulis kembali cerita dongeng yang dibaca atau

didengar, kalian perlu memerhatikan langkah-langkah berikut.

1.

Membaca cerita dengan cermat dan teliti.

2.

Memahami isi cerita secara utuh dan menyeluruh.

3.

Memerhatikan urutan cerita serta unsur-unsur intrinsik cerita.

4.

Menulis kembali cerita dengan memerhatikan keutuhan dan

kepaduan cerita, pemilihan kata yang tepat, serta penggunaan

bahasa yang komunikatif dan menarik.

Adapun beberapa hal yang perlu kalian perhatikan dalam

menuliskan kembali dongeng antara lain berikut.

1.

Inti dari dongeng harus tercakup secara keseluruhan.

2.

Urutan cerita harus disajikan secara urut dan padu.

3.

Tidak menghilangkan bagian penting dari dongeng, sehingga

dongeng tetap utuh.

4.

Penggunaan pilihan kata yang menarik dan kalimat efektif.

Simaklah cerita “Sawunggaling” dengan cermat dan saksama!

Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar kalian

adalah dapat

menjelaskan isi

dongeng dan menulis

kembali dengan

bahasa sendiri

dongeng yang pernah

dibaca atau didengar.

Sumber:

Dok. Penerbit

Sawunggaling

(Cerita Rakyat Surabaya)

Jaka Berek baru saja pulang dari ber-

main dengan teman-temannya. Hatinya

marah, penasaran bukan kepalang karena

teman-temannya selalu mengejek bahwa dia

tak punya ayah yang sah alias anak haram.

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

110

Sampai di rumahnya, Jaka Berek segera

menjumpai ibunya. Saat itu, ibunya tengah

berkumpul dengan kakek dan neneknya.

“Biyung (ibu), aku tak tahan lagi,” ujar

Jaka Berek.

“Ada apa, Anakku? Kenapa wajahmu

cemberut begitu?” tanya ibu Jaka Berek–

Dewi Sangkrah.

“Biyung harus menjelaskan, siapakah

sebenarnya ayahku? Kalau sudah mati, di

mana kuburnya biar aku mengirim doa di

pusarannya, dan jika masih hidup, sudilah

ibu menunjukkan tempatnya kepadaku!”

rengek Jaka Berek kepada ibunya.

Hati Dewi Sangkrah berdebar, ibu Jaka

Berek sudah menduga hal ini akan terjadi.

Suatu saat setelah dewasa, Jaka Berek, anak-

nya, pasti akan menanyakan siapa ayahnya.

Tak bisa tidak, dia harus menjawabnya dengan

gamblang.

“Anakku, Jaka Berek. Karena kamu

sudah dewasa, sudah sepatutnya kamu

bertanya tentang ayahmu. Ketahuilah anakku,

ayahmu adalah seorang adipati di Kadipaten

Surabaya. Namanya Adipati Jayengrana. Bila

kamu ingin bertemu dengannya, datanglah

ke sana.”

Dengan berbekal seadanya, Jaka Berek

berangkat ke Kadipaten Surabaya untuk men-

jumpai ayahnya. Ketika hendak memasuki

pintu gapura kadipaten, Jaka Berek dicegat

oleh seorang prajurit yang sedang berjaga.

“Berhenti, kamu!” Teriak prajurit itu.

“Mau apa kamu berani datang ke Kadipaten

ini?”

“Saya ingin bertemu dengan sang

Adipati!” kata Jaka Berek dengan lugu,

wajahnya polos sebagaimana kebanyakan

pemuda desa.

“Anak muda, ketahuilah, aku adalah

prajurit yang sedang berjaga. kamu tidak boleh

masuk ke Kadipaten. Kamu harus pergi dari

sini sebelum kuusir!” bentak prajurit itu.

“Aku tak mau pergi sebelum bertemu

dengan Adipati Surabaya yang bernama

Adipati Jayengrana,” jawab Jaka Berek.

Prajurit penjaga pintu gerbang itu

jengkel melihat Jaka Berek yang tak mau pergi

dari kadipaten. Maka, dia segera menyerang

Jaka Berek agar Jaka Berek pergi. Tetapi Jaka

Berek bukannya pergi, malah melawan

dengan berani. Untunglah perkelahian itu

diketahui oleh kedua orang putra Adipati

Jayengrana yang bernama Sawungsari dan

Sawungrana. Oleh mereka, perkelahian itu

dilerai. Prajurit yang berkelahi dengan Jaka

Berek segera ditanya.

“Maaf, Pangeran. Pemuda ini hendak

memaksa masuk Kadipaten. Saya halang-

halangi, tetapi dia malah melawan,” lapor

prajurit itu.

Mendengar laporan dari prajuritnya,

kedua anak Adipati Jayengrana itu pun segera

bertanya kepada Jaka Berek.

“Maaf, siapakah Saudara dan ada ke-

perluan apa hendak memaksa masuk Kadi-

paten?” tanya Sawunggrana.

“Aku hendak menghadap Adipati

Jayengrana. Ada yang ingin kusampaikan

kepada beliau.”

“Tak ada orang luar yang boleh me-

nemui ayahku. Sebaiknya kamu pulang saja

atau aku yang memaksamu pulang?” kata

Sawungsari.

“Aku tetap pada pendirianku, mau me-

nemui Adipati Jayengrana!” tegas Jaka Berek.

Melihat kenekatan Jaka Berek, kedua

putra Adipati Jayengrana itu pun segera

mengeroyok Jaka Berek. Dengan tangkas, Jaka

Berek melayani Sawungrana dan Sawungsari.

Belum lama perkelahian itu berlangsung,

Adipati Jayengrana melihatnya. Adipati

Surabaya itu pun segera menghampiri mereka

yang sedang berkelahi.

Pelajaran 5 Kesehatan

111

“Hei, hentikan perkelahian ini!” teriak-

nya. Setelah perkelahian berhenti, Adipati

Jayengrana segera menanyakan hal ihwal

terjadinya perkelahian itu. Kedua putranya

menjelaskan secara terperinci.

“Kamu yang bernama Jaka Berek yang

mau menemuiku. Sekarang katakan, ada apa

perlumu?”

“Hamba hanya ingin mencari ayah

hamba yang menjadi Adipati di sini, namanya

Adipati Jayengrana. Kalau memang Tuan

orangnya, tentu Tuanlah ayah hamba!”

“Nanti dulu. Siapa nama ibumu dan apa

buktinya kalau kamu anakku?”

“Hamba adalah putra dari Biyung Dewi

Sangkrah. Sebagai bukti bahwa hamba

memang anak Dewi Sangkrah, ibu memberi

hamba sebuah Selendang Cinde Puspita ini!”

Jaka Berek mengeluarkan Selendang Cinde

Puspita dari bungkusan yang dibawanya.

Ternyata benar, selendang itu adalah

Selendang Cinde Puspita yang dulu oleh

Adipati Jayengrana diberikan kepada Dewi

Sangkrah yang dicintainya.

“Kalau begitu kamu memang anakku!”

Adipati Jayengrana memeluk Jaka Berek.

Demikian pula Jaka Berek. Dia memeluk erat

ayahnya yang telah lama tak dijumpainya.

Kemudian Jaka Berek diperkenalkan kepada

saudaranya, Sawungrana dan Sawungsari. Jaka

Berek disuruh tinggal di kadipaten dan

namanya diubah menjadi Sawunggaling.

(Sumber:

Buku Pintar Mendongeng Se-Nusantara

,

2003)

Contoh penceritaan kembali dari cerita di atas adalah berikut.

Alkisah di daerah Jawa Timur diceritakan hiduplah seorang

anak yang bernama Jaka Berek. Ia hidup bersama ibu dan neneknya.

Jaka Berek tidak pernah mengenal siapa ayahnya. Oleh karena itu,

dalam pergaulannya dengan teman sepermainannya, ia selalu

diejek.

Pada suatu hari, karena ia sudah terlalu risih dengan ejekan

teman-temannya, Jaka Berek bertekad untuk mencari ayahnya.

Kemudian ia menceritakan hal tersebut kepada ibunya. Pada

awalnya sang ibu melarang, tapi akhirnya karena luluh ia merestui

keinginan anaknya tersebut. Ibu Jaka Berek memberikan arahan

dan petunjuk kepada Jaka Berek mengenai perihal ayahnya.

Setelah mendapatkan restu dan petunjuk ibunya, Jaka Berek

berangkat ke kadipaten. Halangan demi halangan menimpa Jaka

Berek dalam upaya menemukan ayahnya. Namun, karena kekuatan

tekadnya, akhirnya dia dapat menemukan ayahnya yang tidak lain

adalah Raja Kadipaten Surabaya, yaitu Adipati Jayengrana.

Uji Kemampuan 4

Simaklah dongeng “Bangau Tua yang Licik” dengan cermat!

Bangau Tua yang Licik

Dahulu ada seekor bangau tua yang

susah. Susah karena ia tak dapat menangkap

ikan secepat dulu lagi. Usia telah mengge-

rogoti kekuatan dan kegesitannya. Padahal,

telaga tempat ia tinggal banyak sekali ikannya

yang berwarna-warni. Si bangau tua telah

menjadi loyo dan lemah, tak lagi mampu

menangkap ikan.

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

112

“Aku harus menggunakan siasat,” pikir

bangau tua itu.

Lalu ia pasang aksi di tepi telaga. Berdiri

tepekur dengan wajah murung dan sedih.

Ikan-ikan dan kodok yang berenang di

dekatnya sengaja tidak ia hiraukan. Padahal,

biasanya ia selalu mematuk atau memangsa

ikan-ikan itu.

Seekor kodok bertanya, “Pak Bangau,

mengapa Anda kelihatan sedih sekali? Tidak

mencoba menangkapku?”

“Tidak,” kata bangau dengan sedih.

“Aku sudah tua, sudah cukup puas karena

banyak sekali ikan, kodok, dan kepiting yang

kumakan dari telaga ini.”

“Lho? Terus kenapa kok kelihatan

sedih?” sahut si Kodok.

“Semua akan berakhir ...,” kata Bangau

Tua.

“Ada apa kiranya?” Kodok penasaran.

Kembali si Bangau berkata dengan

sedih, “Kemarin aku telah mendengar rencana

penduduk setempat. Mereka akan mengosong-

kan telaga ini dan akan menimbuni dengan

tanah untuk menanam buah dan sayuran.”

“Wah, gawat sekali ...,” seru Kodok.

“Ya, semua ikan, kodok, dan kepiting

akan mati tertimbun tanah, lalu aku juga akan

mati karena tidak dapat mencari makanan

lagi,” ujar Bangau sedih sekali malah diiringi

tetes air mata.

Kodok yang lincah berenang itu segera

memberitahukan kepada penghuni telaga

lainnya. Semua ikan, kodok, kepiting, dan

hewan-hewan kecil lainnya ketakutan

mendengar berita buruk itu.

“Apa yang harus kita lakukan?” tanya

mereka kepada sesamanya.

“Mari kita menemui Pak Bangau. Ia

lebih tua dan berpengalaman, mungkin ia bisa

membantu untuk menyelamatkan kita.”

Sambil menangis tersedu-sedu, semua

penghuni telaga menghadap bangau tua. Me-

reka memohon, “Selamatkanlah kami. Kami

tak mau mati. Hanya Anda yang dapat memi-

kirkan rencana untuk menyelamatkan kami.”

Si burung pura-pura berpikir dengan ke-

ras dan berkata, “Aku akan mencoba kemam-

puan terbaikku untuk menyelamatkan nyawa

kalian semua. Aku tahu telaga lain, cuma

agak sedikit jauh dari sini. Bila kalian percaya

padaku, aku akan membawamu semua ke

sana.”

Semua ikan, kodok, dan kepiting mulai

bertengkar. Masing-masing ingin paling dulu

dibawa sang bangau.

“Sebentar, sebentar semuanya,” kata si

Bangau dengan tegas. “Kita harus sabar. Aku

sudah tua dan lemah serta mudah lelah. Aku

akan membawamu seekor-seekor pada satu

waktu. Aku akan membawa ikan-ikan terlebih

dahulu.”

“Sekarang saatnya menjalankan rencana

itu,” pikir sang Bangau. Ia cepat-cepat mema-

tuk seekor ikan di paruhnya yang tajam itu

lalu terbang.

“Sudah sampaikah kita ke telaga, Tuan

Bangau?” tanya si ikan dengan sangat keta-

kutan setelah beberapa lama.

“Ehem, ehem,” jawab si Bangau dengan

paruhnya mengatup lebih erat pada si ikan.

Ia hinggap pada tebing karang dan dengan

cepat melahap mangsanya.

Hari-hari berlalu penuh kegembiraan

bagi sang bangau. Manakala ia merasa lapar,

ia akan mengambil seekor ikan dan berpura-

pura mengangkutnya ke telaga yang baru,

menjadikannya santapan lezat.

Pelajaran 5 Kesehatan

113

Suatu hari seekor kepiting merangkak

bersungut-sungut, “Pak Bangau itu tidak adil.

Engkau tampaknya hanya membantu para

ikan saja. Setiap hari kamu membawanya

meninggalkan telaga ini, lalu kapan giliran-

ku?”

Si Bangau tersenyum licik pada dirinya.

“Heheh ..., kesempatan baik mendapat seekor

kepiting untuk makan siang hari ini,” pikir-

nya.

“Baiklah kepiting,” kata si Bangau,

“Hari ini giliranmu.” Sang Bangau membawa

si Kepiting dalam paruhnya dan segera

terbang. Mereka terbang agak jauh, tetapi si

Kepiting tak dapat melihat tanda-tanda adanya

telaga yang dijanjikan. Ketika sang Bangau

mulai menukik menuju tebing karang di

bawah, sedikit timbul kecurigaan si Kepiting.

Ketika mereka semakin dekat pada tebing

padas itu, sang Kepiting terkejut menyaksikan

tulang-tulang ikan berserakan. Akhirnya ia

menyadari, apa sebenarnya yang telah

dilakukan oleh si Bangau tua.

“Ternyata ia menipu kami,” pikir si

Kepiting. “Awas ya, akan kubalas kau.”

Ketika Bangau mulai terbang merendah.

Tiba-tiba si Kepiting mencengkeram leher

Bangau yang panjang dan ramping itu dengan

cupitnya yang kuat dan menjepitnya kuat-kuat.

“Aduh,” sang Bangau memekik, “Lepaskan

aku!”

Tetapi si Kepiting justru menguatkan

dan mengeraskan jepitannya. Sang Bangau

berusaha sekuat tenaga melepaskan ceng-

keraman kepiting itu, tetapi tak berhasil.

“Mampuslah kau, Bangau!” teriak si Ke-

piting dengan mengerahkan seluruh tenaganya

hingga leher si Bangau putus, kepalanya

menggelinding ke tanah.

Si Kepiting yang pemberani itu menye-

ret kepala Bangau yang putus ke dalam telaga.

Semua penghuni telaga bertanya heran, “Lho?

kalian kok kembali lagi?”

“Ya,” jawab si Kepiting dengan marah,

“Pak Bangau rupanya adalah penipu besar.

Ia secara licik telah membuat jebakan untuk

membunuh semua ikan, kodok, dan kepiting

dari telaga ini. Ia telah berbohong tentang

membawa kita dengan selamat. Ia hanya

membawa kita satu per satu pada tebing

karang yang tandus dan melahap kita. Namun,

bagaimanapun juga, aku telah mengakhiri

rencana jahatnya itu dengan cara memutus

lehernya.”

Seluruh penghuni telaga itu bersorak

gembira. Mereka mengeluk-elukkan si Ke-

piting sebagai pahlawan yang telah me-

nyelamatkan jiwa mereka.

(Sumber: Dongeng dari Denmark dalam

Kumpulan

Dongeng dari Mancanegara

, 2003)

Kerjakanlah perintah soal berikut dengan cermat di buku

tugasmu

!

1.

Apakah tema yang diangkat dalam dongeng tersebut?

2.

Tuliskan pokok-pokok utama dalam cerita tersebut!

3.

Ceritakanlah kembali dongeng tersebut dengan bahasa yang

menarik!

4.

Diskusikanlah hasil kerjamu bersama kelompokmu!

5.

Temukanlah kekurangan hasil kerjamu dan perbaikilah!

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

114

Sederhana Atasi Kekakuan Otot

RANGKUMAN

1.

Menulis kembali berita yang diba-

cakan harus memuat kelengkapan

berita. Kelengkapan berita meliputi

apa, siapa, kapan, di mana, mengapa,

dan bagaimana hal yang diberitakan.

2.

Bercerita dapat dilakukan dengan

penghayatan yang baik apabila me-

mahami isi cerita secara utuh dan

mendalam. Bercerita dengan alat

peraga akan lebih menarik. Maka itu,

pemilihan alat peraga harus tepat. Alat

peraga disesuaikan dengan isi cerita

dan diusahakan memiliki bentuk yang

unik dan menarik.

3.

Mengomentari buku cerita berarti

mengungkapkan sesuatu berdasarkan

isi buku cerita yang dibaca. Hal-hal

yang perlu dikomentari dalam sebuah

buku cerita antara lain variasi isi cerita,

unsur intrinsik cerita, serta keba-

hasaan. Unsur intrinsik yaitu unsur

yang terdapat di dalam cerita itu

sendiri. Unsur intrinsik cerita meliputi

tema, penokohan, latar, alur, amanat,

gaya bahasa, dan sudut pandang.

4.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam menuliskan kembali dongeng

antara lain inti sari dongeng harus

tercakup secara keseluruhan; cerita

disajikan secara urut dan padu; tidak

menghilangkan bagian penting dari

dongeng; serta menggunakan pilihan

kata yang menarik dan kalimat efektif

yang tepat. Adapun langkah-langkah

menulis kembali cerita dongeng adalah

membaca cerita dengan cermat dan

teliti; memahami isi cerita secara utuh

dan menyeluruh; memerhatikan urutan

cerita dan unsur-unsur intrinsiknya;

serta menceritakan kembali cerita

dongeng dengan baik.

Evaluasi Pelajaran 5

Kerjakan di buku tugas!

1. Simak berita berikut dengan saksama!

Keluhan seperti kaki kesemutan, sakit

pada leher, bahu, punggung, pinggang, dan

nyeri tulang ekor adalah hal yang biasa

dirasakan saat duduk berjam-jam. Nyeri pada

bagian belakang

(back pain)

adalah yang pa-

ling sering dikeluhkan. Hal tersebut mungkin

dikarenakan posisi duduk yang tidak tepat.

Menurut ahli bedah saraf Departement

of Neurosurgery and Brain and Spine Center

Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, dr. Alfred

Sutrisno, Sp.B.S., posisi duduk yang tepat

adalah badan tegap, beban kepala dan badan

jatuh pada tulang ekor. Sayangnya, saat di

depan komputer terkadang badan suka

merosot dan kepala maju ke depan sehingga

kepala jatuh di depan dan bukannya di leher.

“Jika terlalu condong ke depan, bantalan

tulang leher dapat pecah,” ujar dr. Alfred

kepada SINDO, belum lama ini.

Kuncinya adalah melakukan gerakan.

Walaupun hanya gerakan sederhana seperti

menggoyangkan kaki, hal itu dapat membantu

mengurangi kekakuan pada otot tubuh. Posisi

kaki hendaknya jangan menggantung atau

disilangkan. Penekanan di satu sisi menye-

babkan sirkulasi darah kurang lancar.

Pelajaran 5 Kesehatan

115

“Selama duduk di kursi, kaki harus

digerakkan dan sendi digoyang untuk

menghindari

deep vena trombosis

, yaitu

sumbatan pembuluh darah di vena yang

mengganggu aliran darah,” saran dr. Alfred.

Beliau juga mengingatkan bahwa gerakan

leher dan sendi jangan tiba-tiba atau terlalu

menghentak. Ini dikarenakan bantalan tulang

dapat pecah akibat posisi awal yang tidak siap

atau tidak stabil.

Sebagian besar ahli menyarankan untuk

bangkit dari posisi duduk dan melakukan

relaksasi setiap satu jam sekali. “Anda akan

merasa lebih baik jika dapat beranjak setiap

satu jam dan kemudian berjalan-jalan atau

melakukan peregangan selama beberapa

menit. Memijat otot dengan lembut mungkin

dapat membantu. Anda juga dapat melakukan

latihan tertentu untuk membantu kelenturan

dan latihan kekuatan,” tutur penulis senior

dan kolumnis

fitness

Rachel Keller.

Ibu lima putra-putri ini mengatakan

bahwa peregangan pada waktu istirahat dapat

memberikan perbedaan yang besar dalam hal

produktivitas dan kemampuan mengatasi

stres.

“Selain itu, dapat mengurangi kelelahan

pada otot, meredakan ketegangan, rasa sakit

pada tulang sendi, dan memberi energi pada

tubuh agar menjadi lebih kuat,” kata Keller.

Lebih lanjut, wanita yang meraih gelar

master di bidang pendidikan khusus

(special

education)

ini menyarankan agar saat

peregangan hendaknya dilakukan perlahan

dan hati-hati. Jangan memaksakan diri

melakukan peregangan yang berat atau sulit.

“Lakukan gerakan pemanasan yang membuat

nyaman,” ujarnya.

Untuk melatih tubuh bagian bawah,

sambil duduk secara perlahan-lahan bawa

ujung jari kaki ke depan menjauh dari badan

hingga tubuh merasa sedikit tenang.

Kemudian tahan selama 10 - 20 detik. Sambil

mengistirahatkan tumit di lantai, tarik kaki

dan jari kaki ke arah badan, tahan selama 20

– 30 detik. Selanjutnya, secara perlahan putar

kaki searah jarum jam selama beberapa detik,

kemudian putar berlawanan arah jarum jam.

Sementara itu, konsultan olahraga dan

fitness

dr. Phaidon L.Toruan, M.M. menya-

rankan, untuk melatih punggung samping,

lakukan latihan dengan posisi badan tegak,

dada menyentuh dengkul, dan perut ditarik

sambil menarik napas. Bersila di atas kursi

juga tidak menjadi masalah jika hanya sekali-

kali atau tidak berkepanjangan.

“Jangan melakukan gerakan yang terlalu

menghentak dan tidak natural. Gerakan

memutar kepala atau pinggang hingga

berbunyi

kretek-kretek

juga tidak baik karena

dapat merusak sendi,” tandas Phaidon.

(Sumber:

Suara Merdeka

, 9 Februari 2007, dengan

pengubahan seperlunya)

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan cermat dan

teliti!

a. Apakah yang diinformasikan dalam berita di atas?

b. Siapa yang terlibat dalam berita tersebut?

c. Kapan hal tersebut terjadi?

d. Di mana peristiwa itu terjadi?

e. Mengapa perlu adanya informasi mengenai mengatasi

kekakuan otot?

f. Bagaimana contoh mengatasi kekakuan otot?

g. Tuliskan pokok-pokok dari berita tersebut!

h. Tuliskan isi berita tersebut dalam beberapa kalimat!

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

116

2.

Simaklah cerita berikut.

Si Rambun yang Berbakti

Di desa yang terpencil terdapat gadis

yang cantik jelita, namanya Lindung Bulan.

Dengan kecantikan yang dimiliki gadis itu,

tidak sedikit para pemuda yang tergila-gila di

kala melihatnya. Banyak sekali para pemuda

dan pangeran yang melamar dirinya, tetapi

semuanya ditolak, kecuali satu yang diterima,

yaitu pemuda yang kehidupannya sederhana.

Pemuda itu memiliki budi pekerti yang baik,

sehingga gadis itu jatuh cinta kepadanya.

Suatu hari terjadi pernikahan. Lindung

Bulan benar-benar cinta sama suaminya.

Mereka berdua hidup bahagia, sekalipun

berada di desa yang jauh dari keramaian. Hasil

dari perkawinannya, mereka dikaruniai dua

anak, laki-laki dan perempuan. Anak itu diberi

nama Rambun Pamenan dan Reno Pinang.

Sayang seribu sayang, kebahagiaan yang

dirasakan tidak begitu lama, karena kedua

anaknya yang masih kecil, sudah tidak punya

ayah. Kesedihan benar-benar dirasakan, karena

dia kehilangan satu-satunya suami yang

dicintainya selama ini. Dia benar-benar

menerima suatu kenyataan, bahwa dirinya

sebagai seorang janda. Dia dengan penuh

kesabaran mengasuh anaknya yang masih

kecil-kecil.

Hanya selang beberapa bulan setelah

kematian suaminya, banyak lelaki keluar

masuk rumah perlu melamar janda itu.

Sekalipun sudah punya anak dua, tetapi masih

nampak cantik. Seakan-akan kecantikannya itu

tak bisa pudar, sementara usianya semakin

hari semakin bertambah. Tidak sedikit lelaki

yang mendambakan janda itu dijadikan

sebagai istri. Tapi setiap lelaki datang

melamar, tak satu pun diterima, karena dia

ingin mengasuh anak-anaknya yang masih

kecil itu dengan penuh kasih sayang. Di

samping itu, dia senang menjanda.

Janda yang cantik jelita itu sempat

didengar oleh Raja Angek Garang. Dia

penguasa negeri Terusan Cermin. Di mana-

mana orang mengenal bahwa raja itu kejam.

Dia berkeinginan punya istri Lindung Bulan.

Kemudian dia memerintah hulubalang yang

dipimpin Palimo Tadung untuk mengajak

janda cantik itu ke sini.

Bagaimana, Tuan, seandainya Lindung

Bulan dibawa ke sini tidak mau? tanya

Palimo Tadung. Raja itu membentak, “Jangan

banyak bicara. Cepat kau pergi dan ajaklah

ke sini. Jangan banyak alasan!”

“Baiklah, saya laksanakan!” Palimo

Tadung menuju rumah janda itu sambil

membawa kendaraan khusus milik Raja.

Setiba di rumah janda itu, lalu Palimo

Tadung membujuknya dengan berbagai cara

agar mau dijadikan istri sang Raja. Tetapi

Lindung Bulan tetap tidak mau. Dia ingin

bersama anak-anaknya saja. Berhubung janda

itu dibujuk dengan baik-baik tidak mau,

akhirnya dia diculik dan dibawa ke istana

raja. Sampai di Istana Raja dia tetap tidak

mau menikah dengan sang Raja. Lalu Lindung

Bulan dimasukkan ke dalam penjara bertahun-

tahun tak tahu kabarnya. Sementara Rambun

dan Reno hidup dalam keadaan yatim piatu.

Pada suatu hari, Rambun menjumpai

orang yang berteduh di semak belukar. Nama

orang itu Alang Bangkeh. Setelah keduanya

berbicara, kemudian orang itu mengetahui

bahwa Rambun anak Lindung Bulan. Saat itu

juga, Alang bercerita tentang keberadaan

Lindung Bulan yang sudah bertahun-tahun di

penjara oleh raja kejam, yaitu Raja Angek

Garang.

Setelah diberitahu oleh seseorang

tentang keadaan ibunya yang sedang

dipenjara oleh raja kejam itu, maka dia

bersedih hati. Ia juga sering marah-marah.

Sementara kakaknya masih belum tahu berita

tentang ibunya, sehingga merasa heran bila

melihat adiknya marah-marah. Suatu hari

Rambun menceritakan tentang keberadaan

ibunya yang sedang dipenjara bertahun-tahun

oleh raja kejam itu. Saat itu juga, Rambun

belajar silat sebagai bekal untuk membebas-

kan ibunya dari penjara tersebut. Rambun

tidak tahan lagi setelah mendengar informasi

Pelajaran 5 Kesehatan

117

tentang keadaan ibunya, sehingga dia memu-

tuskan untuk pergi. Sebenarnya Reno tidak

tega bila adiknya pergi sendirian. Tapi apa

boleh buat, karena tekadnya sudah bulat, dia

hendak membebaskan ibunya dari tawanan

raja jahat. Perbekalan selama perjalanan

disediakan oleh Reno. “Sudahlah, Kak, tidak

perlu merasa cemas atas kepergianku.”

Negeri yang dituju Rambun benar-benar

jauh, karena harus melewati lautan belantara.

Tetapi dia tidak merasa takut, karena sudah

tekad dia harus datang ke sana. Karena tidak

tega, bila Rambun pergi sendiri, akhirnya

kakaknya ikut serta mengiringi kepergiannya

itu. Kakaknya selalu berdoa selama dalam

perjalanan itu. Perjalanan yang ditempuh

memang jauh sekali, hingga kehabisan bekal.

Karena lelah dan kelaparan, akhirnya Rambun

jatuh sakit. Saat itu juga Reno sepertinya

mengirimkan sebungkus nasi dan sebutir telur

rebus. Kejadian ini berulang-ulang selama

dalam perjalanan, hingga Rambun sampai di

ladang yang ada di tepi hutan.

Untuk melepas kelelahannya, Rambun

harus beristirahat dan ikut menumpang

pemilik kebun yang berada di tepi hutan itu.

Di sini Rambun ikut bekerja dengan keras.

Kemudian dia menceritakan maksud dan

tujuan menjelajah sampai di tempat ini.

Orang itu menjelaskan kepada Rambun

bahwa dia telah melewati jalan ini.

Sebenarnya di arah hutan sebelah barat itu

yang harus dilalui. Rambun merasa berterima

kasih kepada petani yang ramah tamah itu.

Kemudian Rambun minta izin kepada petani

itu, dia perlu meneruskan perjalanan. Petani

itu memberi sebatang tongkat kepada Ram-

bun. Tongkat itu namanya Manau Sungsang.

Rambun melewati hutan belantara lagi.

Di tengah-tengah hutan yang rimba itu, ada

seorang yang sedang dibelit ular. Ular itu

memang besar sekali, hingga dia merasa

takut, tapi pada akhirnya mendekat dan

memberikan pertolongan kepada orang yang

dililit ular besar itu. Kepala ular itu dipukul

dengan keras, sehingga seketika ular itu mati.

Orang itu dalam keadaan selamat dan

berterima kasih kepada Rambun atas

pertolongannya. “Hai, anak muda, hendak ke

mana kamu,” tanya orang perimba tadi.

“Saya akan pergi ke negeri Terusan

Cermin,” jawab Rambun. Dengan kemam-

puan yang dimiliki perimba, kemudian

Rambun diantarkan dengan begitu cepat,

yakni menerbangkan ke negeri yang dituju dan

hanya memerlukan waktu sekejap. Padahal,

perjalanan itu sangat jauh.

Setiba di dusun itu, Rambun dalam

keadaan lapar, sehingga dia datang ke warung

nasi. Penjaga warung itu wanita, sementara

Rambun tidak punya uang sama sekali. Dia

berkata kepada penjaga warung bahwa dia

dalam keadaan lapar. “Adakah pekerjaan yang

harus kulakukan untuk membayar nasi?”

Wanita itu sangat kasihan kepada Rambun,

sehingga dia diberi makan tanpa harus

membayar. Untuk membalas kebaikan wanita

itu, kemudian Rambun bekerja keras di

warung itu. Dia menyediakan kayu bakar,

serta memperbaiki bagian rumah yang

dianggap kurang beres.

Setelah itu, dia minta izin perlu berkun-

jung ke negeri tempat Raja Angek Garang.

Rambun ingin tahu keadaan ibunya yang

ditahan oleh raja kejam itu. Setiba di istana,

dia langsung mencari penjara tempat ibunya

ditawan. Saat itu penjara dijaga dengan ketat

oleh hulubalang sebanyak tujuh orang. Dia

berkata kepada salah satu penjaga bahwa dia

ingin menemui wanita yang sedang ditahan

itu. Tetapi sama sekali tak dihiraukan, bahkan

Rambun ditendang ke sana kemari. Rambun

tidak sabar dengan perlakuan hulubalang,

sehingga dipukulnya dengan tongkat sehingga

dia lari, karena kesakitan.

Lalu Palimo Tadung datang dengan

marah, sebab melihat anak buahnya yang tak

berdaya. Dia menghunuskan pedangnya

kepada Rambun. Tetapi Rambun mendahului

memukul dengan tongkat, hingga Palimo

tewas seketika. Peristiwa ini disampaikan

hulubalang kepada Raja Angek Garang,

hingga dia marah-marah. Raja lalu mencabut

pedangnya kemudian ditusukkannya ke salah

satu hulubalang sampai berlarian tak tahu

arah hulubalang lainnya.

Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1

118

Sambil mengayunkan pedang, Raja

Angek Garang menyerbu Rambun. Tongkat

pun dipukulkan ke raja kejam itu. Raja terus

menyerang. Tapi pada akhirnya pedang Raja

itu dipukul Rambun, hingga terlepas. Dalam

posisi ini, Raja dipukul Rambun mengenai

kepalanya. Dia menjerit kesakitan, dan

akhirnya tewas seketika. Rambun meminta

agar pintu penjara dibukakan. Kemudian dia

masuk perlu mencari ibunya. Ternyata ibunya

dalam keadaan dirantai. Badan ibunya kurus

kering, hingga Rambun dan ibunya

berpelukan erat-erat sambil menangis penuh

haru. Lalu ibunya dibawa pulang menuju

kampung halamannya, dan berkumpul lagi

dengan kedua anaknya. Rambun bukan

berambisi ingin jadi raja, tetapi ingin berjuang

melawan kejahatan.

(Sumber:

Aneka Ragam Cerita Rakyat Nusantara

)

Kerjakan tugas berikut dengan cermat!

a. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyam-

paikan sebuah cerita agar menarik!

b. Tuliskan beberapa contoh alat peraga yang diperlukan

dalam cerita di atas!

c. Ceritakanlah cerita di atas dengan alat peraga yang kamu

pilih!

3.

a. Jelaskan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita “Si

Rambun yang Berbakti”!

b. Berikanlah komentar terhadap unsur intrinsik dalam cerita

“Si Rambun yang Berbakti”!

c. Berikanlah penilaian terhadap isi cerita secara keseluruhan

dari cerita “Si Rambun yang Berbakti”!

d. Bagaimanakah menurutmu bahasa yang digunakan

pengarang dalam cerita “Si Rambun yang Berbakti”?

4.

a. Apakah tema yang diangkat dalam dongeng “Si Rambun

yang Berbakti”?

b. Tuliskan pokok-pokok utama dalam cerita “Si Rambun yang

Berbakti”!

c. Ceritakanlah kembali dongeng “Si Rambun yang Berbakti”

dengan bahasa yang menarik!